(Foto: thinkstock)
"Kita semua bisa lahir ke dunia karena keluar dari rahim ibu. Sudah selayaknya kita semua selalu peduli dan memperhatikan para ibu kita. Saya coba mengurai sedikit beberapa penyakit yang banyak dijumpai kaum ibu antara lain kanker payudara, Systemic Lupus Eritematosus (SLE) dan Irritable Bowel Syndrome (IBS)," ungkap Dr H Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, praktisi kesehatan dari Universitas Indonesia, dalam rilis yang diterima detikHealth, Kamis (22/12/2011).
1. Kanker payudara
Pria dan wanita mempunyai payudara, tetapi kanker payudara lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria. Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian terbesar bagi wanita.
Data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%).
Angka kejadian kanker payudara saat ini diperkirakan 39 per 100.000 penduduk pada tahun 2008. Seperti juga kanker lainnya, prinsip penanganan kanker semakin dini ditemukan semakin mudah untuk diobati. Karena organ payudara berada di luar dari bagian tubuh, tentunya deteksi dini akan lebih mudah untuk dilakukan antara lain dengan SADARI (periksa payudara sendiri).
"Para wanita harus selalu ingat bahwa mereka berisiko untuk mengalami benjolan di payudaranya, wanita mempunyai risiko 100 kali menderita kanker payudara dibandingkan pria," lanjut Dr Ari.
Risiko lain yang juga harus diperhatikan untuk setiap wanita untuk terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga yang memiliki riwayat tumor atau kanker payudara, usia diatas 45 tahun, tidak memiliki anak, kehamilan pertama di atas 30 tahun dan riwayat menstruasi pada umur kurang dari 12 tahun atau menopause panjang sampai di atas 55 tahun.
"Oleh karena itu bagi seluruh ibu apalagi dengan risiko tinggi harus selalu ingat agar secara rutin memeriksa sendiri apakah ada benjolan di payudaranya. Jika merasakan ada benjolan sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan benjolan yang terjadi tersebut," jelas dokter kelahiran 19 Juni 1966 ini.
2. Systemic Lupus Eritematosus (SLE)
Penyakit ini dialami 9 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria. Penyakit SLE terjadi pada 30-50 kasus pada 100.000 penduduk. Penyakit SLE merupakan penyakit autoimun.
Penyakit ini terjadi pada wanita muda usia produktif. Ditandai dengan rambut rontok, gangguan pada kulit terutama wajah berupa merah-merah kulit seperti kupu-kupu dan akan bertambah merah jika terpapar sinar matahari, nyeri-nyeri pada sendi dan otot, demam yang tidak terlalu tinggi serta sariawan berulang.
SLE bisa menyebabkan berbagai gangguan organ tubuh antara lain kelainan darah, gangguan ginjal, gangguan jantung dan pembuluh darah, gangguan paru, gangguan pada organ-oragan pencernaan seperti usus, lambung dan liver, gangguan pada sistim syaraf pusat serta gangguan pada mata. Pasien yang mengalami SLE karena gangguan pada pembekuan darahnya juga bisa mengalami keguguran berulang.
"Mengingat komplikasi yang multi organ, deteksi dini penyakit ini juga menjadi penting agar komplikasi yang bisa melibatkan banyak organ bisa dicegah. Bagi pasien yang sudah diketahui menderita SLE, maka dianjurkan untuk minum obat teratur dan agar selalu kontrol teratur agar komplikasi akibat penyakit SLE tidak terjadi," lanjut Dr Ari.
3. Irritable Bowel Syndrome (IBS)
Laporan kejadian IBS pada wanita rata-rata 2-3 kali lebih banyak dibandingkan pria. Pasien dengan IBS biasanya datang dengan keluhan nyeri perut yang hilang timbul, disertai dengan kembung bisa disertai dengan diare atau malah susah buang air besar. Nyeri perut ini biasanya berkurang setelah buang air besar.
Penyakit ini mengenai 10-15 persen penduduk dunia. Tidak ada perbedaan ras terhadap angka kejadian penyakit ini. Pasien dengan IBS bisa datang dengan diare atau susah BAB. Melalui pemeriksaan lebih lanjut tidak ditemukan kelainan pada pasien ini atau tidak ditemukan kelainan organik.
IBS merupakan penyakit fungsional. Banyak pasien yang datang ke dokter dengan perut kembung kadang disertai nyeri perut dan diare. Terutama setelah makan makanan tertentu misal terlalu berlemak atau terlalu pedas. Pasien bisa saja tidak merasakan keluhan ini sebelumnya.
"Apakah penyakit IBS ini berbahaya sampai mengancam jiwa? Jawabannya tidak, tapi penyakit IBS ini akan mengganggu aktivitas pasien yang mengalami masalah IBS. Keluhan kembung dan nyeri perut ini tentu akan mengurangi kualitas hidup seseorang, karena keluhan bisa timbul setiap saat atau setiap waktu yang biasanya dicetuskan oleh makanan tertentu atau faktor stress. Faktor stress timbul bisa karena berbagai hal seperti kurang tidur, terlalu lelah, masalah keluarga, sekolah maupun masalah pekerjaan," jelas Dr Ari yang mendapatkan gelar Doktor dalam bidang ilmu biomedik pada 2011.
Pada sebagian wanita, keluhan IBS tercetus saat menstruasi dan saat kehamilan. Penanganan pasien ini biasanya dengan menghindari makanan tertentu seperti makanan yang berlemak, makanan terlalu merangsang seperti makanan yang pedas, kopi, minuman yang bersoda.
Obat-obat yang diberikan obat anti cemas sesuai kebutuhan, obat anti keram (antispasmodik), anti diare atau pencahar tergantung keadaan BABnya. Probiotik juga bisa diberikan terutama untuk IBS dengan keluhan susah BAB. Dengan berobat yang teratur dan menghindari faktor pencetus kita dapat mengendalikan penyakit ini.
sumber : detik.com